Mengapa Mobil China Bisa Lebih Murah Dengan Kualitas Premium, Simak Disini

Otonesia.id – Produsen asal China meramaikan industri otomotif di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Menariknya mereka menawarkan mobil dengan harga murah tapi dengan kualitas di atas rata-rata.

Chery menjadi salah satu merek China yang turut melakukan cara serupa di Indonesia. Bahkan mereka memiliki strategi baru untuk memperkenalkan sejumlah model SUV premium dengan harga terjangkau. Misalnya, Omoda 5 GT All Wheel Drive (AWD) yang dipasarkan Rp 488,8 juta on the road (OTR) DKI Jakarta. Sehingga membuatnya jadi SUV dengan penggerak 4×4 termurah di Tanah Air.

Vice President PT Chery Sales Indonesia Harry Kamora menjelaskan, sebenanya penetapan harga murah pada mobil-mobil pabrikan China bukan suatu hal yang dibuat-buat. Terlebih supaya laku keras dan menggeser dominasi Jepang.

“Sebab pada dasarnya, orang yang berjualan (bisnis) itu tidak mau rugi. Tetapi kalau saya ditanya kenapa bisa murah, yang duluan aja ambil untungnya kegedean,” kata dia saat ditemui di ICE BSD, Tangerang, dikutip dari Okezone.com.

Menurut Harry, tak ada strategi khusus mengapa mobil China relatif lebih murah dibanding produk sejenis dari negara lain. Namun, segalanya sudah diperhitungan secara matang yang diiringi dengan perkembangan teknologi.

“Apa sih produk China yang mahal? Enggak ada. Tapi kualitasnya bagus. Inilah yang harusnya kita pelajari. Kita pelajari bagaimana mereka bernegara, berbangsa,” ucap nya.

“Ngejar cost per unit itu agar murah, apa sih kuncinya? Volume kan? Kemudian jam kerja, produktivitas. Mereka pegang itu semua. Kalau dulu made in China jelek, tetapi sekarang lihat, mau handphone atau apapun sudah bagus,” kata Harry lagi.

Pernyataan serupa juga sempat diungkapkan dalam suatu laporan dari MIT Technology Review yang dikutip Reuters beberapa waktu lalu.

Alasan di mana mobil listrik China bisa lebih murah karena mereka sudah satu dekade lebih dahulu melakukan studi teknologi ke sana. Langkah terkait kemudian didukung oleh terbitnya insentif pemerintah yang memudahkan para pelaku bisnis melakukan penetrasi. Sementara negara lain, baru memulainya di era 2000-an.

Dalam waktu singkat, lahirlah industri kelas berat seperti pembuat baterai EV terbesar di dunia, yaitu CATL dan BYD, yang menggantikan Volkswagen tahun ini sebagai merek mobil terlaris di Tiongkok.

Kondisi ini membuat China memiliki keunggulan pada biaya dan rantai pasok. Sehingga, bisa menarik perusahaan asing untuk berproduksi di sana, seperti Tesla.

Dilansir pada Data Asosiasi Manufaktur Mobil China (CAAM), penjualan mobil China mengalami kenaikan 9,8 persen dari tahun ke tahun dengan total 13,24 juta unit pada paruh pertama 2023.

Sementara, untuk ekspornya meningkat 75,7 persen year-on-year (yoy) dengan total 2,14 juta unit pada enam bulan pertama tahun ini. (sdf/otonesia.id)